Penampakan Kondisi Markas Gegana Salemba: Bus Hangus Terbakar & Kerusakan Parah

Kronologi Awal – Aksi Massa dan Terbakarnya Markas Gegana Salemba

bukanberita.com – Aksi massa yang meningkat di Jakarta pada Jumat malam, 29 Agustus 2025, mencakup berbagai titik panas—termasuk Markas Gegana di Jalan Kramat Raya, Salemba, Jakarta Pusat. Dalam gelombang protes yang dipicu oleh tewasnya pengemudi ojek daring, Affan Kurniawan, massa tidak hanya menyerang Markas Brimob Kwitang tapi juga kompleks Gegana. Mereka melempari gedung dengan batu dan petasan hingga pagar dan jendela kaca pelindung hancur lebur.

Setelah bentrokan, muncul kobaran api yang menghanguskan tiga bus polisi yang terparkir di halaman markas. Dua di antaranya hingga menjadi rangka besi karatan; satunya juga habis digulung oleh si jago merah. Api sempat terlihat menyala hingga dini hari, lalu warga setempat dan beberapa anggota TNI membantu memadamkan dengan peralatan seadanya.

Tak berhenti di situ, pada Minggu sore (31 Agustus), Markas Gegana kembali dilalap api—diduga dilakukan oleh orang tak dikenal. Api muncul di bagian depan gedung utama, dengan asap tebal mengepul tinggi sambil memicu kemacetan di Jalan Kramat Raya. Proses pemadaman hanya dilakukan oleh warga dan TNI, tanpa kehadiran pemadam kebakaran dalam waktu lama.

Penampakan Kerusakan Markas Gegana Salemba Setelah Kerusuhan

Photo dan laporan visual memperlihatkan kondisi Markas Gegana usai serangan massa: halaman depan dipenuhi sisa hangus bus, kaca jendela berceceran, dan bagian dalam markas tampak berantakan. Seolah markas yang biasanya kokoh kini berubah mencekam—porak-poranda penuh amarah demonstran.

Foto dari SuaraKarya juga memperlihatkan barisan pecahan kayu dan kaca, sisa atribut polisi yang turut dirusak, serta kerusakan pada fasad bangunan. Hal ini memberikan gambaran visual jelas: bukan sekadar kerusakan ringan, tapi kehancuran yang berdampak serius ke citra kelembagaan Brimob sebagai penjaga keamanan negara.

Selain itu, situasi sarana transportasi publik juga terdampak. Halte Transjakarta di Senen dan Polda Metro Jaya turut dibakar massa, memperparah krisis infrastruktur yang terjadi saat itu.

Dampak terhadap Keamanan, Mobilitas, dan Mental Publik

Kebakaran markas Gegana dan fasilitas publik menimbulkan efek domino serius. Pertama, kondisi lalu lintas di sekitar Jalan Kramat Raya lumpuh total. Banyak warga menghindari kawasan karena khawatir terjadi serangan lanjutan. Arus macet parah disebabkan kendaraan bus terbakar yang memenuhi satu lajur utama.

Kedua, citra dan kredibilitas pasukan elite Brimob mengalami tekanan. Apalagi saat massa sempat menjarah atribut markas—seperti tameng, helm, hingga rompi—yang menunjukkan bahwa pengamanan yang selama ini dianggap kuat kini rentan diserang oleh warga sendiri.

Ketiga, trauma kolektif rakyat kota tidak bisa diabaikan. Demo yang tadinya menuntut hak dan keadilan berubah menjadi kekacauan dengan korban dan kehancuran. Imbasnya: kepercayaan terhadap aparat menurun, dan publik menanti respons tegas pemerintah untuk mencegah kejadian serupa.

Tanggap Pemerintah dan Strategi Pemulihan Situasi

Setelah kejadian, aparat langsung menguatkan pengamanan markas. TNI diturunkan untuk meredam situasi dan mengamankan jalur transportasi, sementara polisi memulai proses identifikasi pelaku dan inventarisasi kerugian fasilitas umum.

MRT dan Transjakarta sempat menghentikan layanan sementara karena banyak halte terbakar atau rusak. Namun pemerintah DKI memutuskan untuk memberikan layanan gratis selama seminggu sambil melakukan perbaikan fisik dan restorasi fasilitas.

Komunikasi publik oleh pemerintah juga diperketat. Presiden dan pejabat negara lainnya menegakkan pesan agar demonstrasi tetap damai, dan kekerasan tidak dibenarkan—sebagai landasan jaga demokrasi tidak kehilangan kendali.

Penutup

Markas Gegana Salemba Rusak Parah, Tapi Fokus Harus Masih ke Keamanan Publik

Foto-foto penampakan kondisi markas Gegana Salemba setelah kerusuhan jadi pengingat kuat: kekerasan hanya meninggalkan kehancuran, bukan solusi. Pemerintah harus menjaga keamanan masyarakat tanpa membuat ruang demokrasi menjadi korban utama.

Saatnya Evaluasi Strategi Pemulihan dan Keamanan Negara

Kerusuhan ini menunjukkan perlunya pendekatan proaktif: transparansi, restorasi cepat infrastruktur publik, dan penguatan dialog antara negara dan rakyat. Hanya dengan begitu kepercayaan bisa perlahan dipulihkan, dan Jakarta kembali pulih dari luka kerusuhan.